Rabu, 20 Januari 2010

Aku, kamu, dia, dan dirinya (Pohon, Daun, Angin, dan Air)

Aku masih ingat, sore itu, waktu aku mengakses internet, tanpa sengaja aku membaca suatu cerita di salah satu blog. Cerita itu sangat menarik, cerita yang unik tentang kisah Pohon, Daun, dan Angin. Cerita itu benar-benar mengusik nuraniku. Kusadari bahwa cerita itu adalah gambaran kehidupan “asmaraku” yang rumit.
====================================================================
Pohon itu, pohon yang angkuh, yang tak pernah bisa dan mau menyadari adanya rasa tulus yang diberikan Daun untuknya. Sementara Daun, yang terus berharap Pohon untuk memintanya tetap tinggal, terus larut dalam harapan hampaya, sampai suatu saat, Angin yang percaya diri datang, menaklukkan hatinya. Mencairkan bekunya rasa yang terlanjur Daun serahkan untuk Pohon, yang tidak pernah melihatnya, karena sibuk dengan burung-burung kenari yang menggodanya setiap waktu.
Pohon yang tak pernah bisa mengakui rasa yang dimilikinya kepada Daun, harus belajar rasa yang sebelumnya jauh dari kebiasaanya, cemburu, ketika melihat Daun terhempas keras oleh Angin.
Sebelum benar-benar terhempas keras Angin, dengan lirih sang Daun membisikkan pertanyaan kepada sang Pohon, “daun terbang karena tertiup angin atau karena pohon tidak menginginkannya untuk tinggal?”
====================================================================
Aku merasa aku adalah Pohon itu. Pohon yang tidak mampu mempertahankan Daun yang terus ingin bersamanya, untuk tetap tinggal bersamanya. Pohon yang merasa sakit, ketika melihat Daun yang begitu dia sayangi secara diam-diam, terbang, terhempas oleh Angin yang kuat. Angin yang sebanarnya selalu tidak diacuhkan oleh Daun, karena Daun berharap Pohon akan memintanya untuk tinggal.
Angin yang kuat, kokoh, dan percaya diri itu telah berhasil menaklukkan hati Daun yang sangat keras. 
Aku sadari benar, kisah Pohon yang rapuh, Daun yang bimbang, dan Angin yang kuat itu adalah kisahku, kisahmu, dan juga kisahnya.
Tiga hal yang tak pernah terpisahkan, Pohon, Daun, dan Angin. Seperti halnya kisah kita, saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya. Aku, kamu, dan dia, tiga sahabat yang terjebak dalam kisah cinta yang rumit, cinta segitiga.
Pohon, Daun, dan Angin, cerita cinta yang rumit. Pohon terkalahkan, Daun tertaklukkan, dan Angin, memenangkan hati daun. Aku yang lemah, kamu yang bimbang, dan dia yang semangat menaklukkan hatimu. Mengalahkan keegoanku, untuk sekedar mengakui, kalau aku juga punya rasa yang sama. Membuat belajar satu hal baru dalam hiddupku, cemburu.
Ending yang menyenangkan bagi Angin, tapi tidak bagiku.
Tapi, cerita itu tidak berakhir sampai disitu saja.
Aku merasakan ada hal yang kurang Dalam kisah Pohon, Daun, da Angin. Aku merasakan munculnya sosok baru dalam kehidupan Daun. Sosok yang mampu mengalahkan Angin yang telah menghempaskan Daun dari Pohon. Ya, dia adalah Air, Air yang membawa Daun pada aliran derasnnya. Membawa Daun jauh dari Angin, dan semakin jauh meninggalkan Pohon. 
Pohon hanya terdiam terpaku ketika melihat Angin tumbang, roboh, terkalahkan oleh Air, dan melepaskan DAun untuk Air. Dan, Pohon, hanya bisa menangis dalam hati ketika melihat air dengan tenangnya namun pasti, dengan lembutnya namun tegas, membawa Daun kering ke hulu sungai itu. Menjauhkan Daun dari dirinya. Semakin jauh, dari apa yang telah Angin lakukan sebelumnya.
Pohon dan Angin, ya, dua pencinta yang telah kandas.
Daun yang dulunya tak dianggap oleh Pohon kini terus menemukan cintanya. 
====================================================================
Setelah beberapa waktu
Pohon, kesedinnya tak terbendung walau dia dikelilingi oleh burung-burung kenari, yang menari lincah di setiap rantingnya. Untuk yang kedua kalinya harus kembali belajar rasa itu lagi, cemburu. Sementara Angin, telah menemukan tambatan hati, tempat malabuhkan segala kekeringan hatinya setelah Daun pergi. Pelabuhan abadi yang akan dia jaga dengan ketatnya.
Dan Daun, kini bersama Air, yang terus membawanya menyebrangi sungai, danau, bahkan lautan lepas. Berdua mengarungi bahtera hidup.
Pohon hanya menatap kaku pada Angin, Daun dan Air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar