1. Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
FilsafatdanIlmuadalahduakata yang saling berkaitan baik secara substansialmaupunhistoris. Kelahiransuatuilmutidak dapat dipisahkandariperanan filsafat, sebaliknyaperkembanganilmu memperkuatkeberadaan filsafat. Walaupuntelahbertahun-tahunmempelajariilmu, pengetahuanilmiahtidakdigunakansebagaiacuandalamkehidupan sehari-hari. Ilmudianggapsebagaihafalansaja,bukansebagai pengetahuan yang mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikangejalaalamuntukkesejahteraandankenyamananhidup. Kiniilmutelahtercerabutdarinilailuhurilmu, yaituuntukmenyejahterakanumatmanusia. Bahkantidakmustahilterjadi, ilmudanteknologimenjadibencanabagikehidupanmanusia,sepertipemanasanglobal dan dehumanisasi.
Ilmudanteknologitelahkehilangan rohnya yang fundamental, karenailmutelahmengurangibahkanmenghilangkanperanmanusia, danbahkantanpadisadarimanusiatelahmenjadibudakilmudanteknologi.Olehkarenaitu, filsafatilmumencobamengembalikanrohdannilailuhurdariilmu,agar ilmutidakmenjadibumerangbagikehidupanmanusia.Filsafatilmuakanmempertegasbahwailmudanteknologiadalahinstrumendalammencapaikesejahteraanbukantujuan. Filsafatilmudiberikansebagaipengetahuanbagiorangyang inginmendalamihakikatilmudankaitannyadenganpengetahuan lainnya. Dalammasyarakatreligius, ilmudipandangsebagaibagianyangtidakterpisahkandari nilai nilaikeTuhanan, karenasumberilmuyang hakikiadalahTuhan.ManusiadiberidayafikirolehTuhan, dandengandayafikirinilahmanusiamenemukanteori-teoriilmiahdanteknologi.
Pengaruhagama yang kakudandogmatiskadangkalamenghambatperkembanganilmu. Olehkarenanyadiperlukankecerdasandankejeliandalammemahamikebenaranilmiahdengansistemnilaidalamagama, agarkeduanyatidaksalingbertentangan.Dalamfilsafatilmu, ilmuakandijelaskansecarafilosofisdanakademissehinggailmudanteknologitidaktercerabutdarinilaiagama, kemanusiaan dan lingkungan. Dengandemikianfilsafatilmuakanmemberikannilaidanorientasiyangjelasbagisetiapilmu.
I. 1. Pengertian Filsafat
FilsafatberasaldaribahasaYunani, philosophia atauphilosophos. Philos atau philein berartitemanataucinta, dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan,pengetahuan,danhikmah.Filsafatberartijuga ‘mater scientiarum’ yang artinyaindukdarisegalailmu pengetahuan. KatafilsafatdalambahasaIndonesia memilikipadanankatafalsafah (Arab), philosophie (Prancis, BelandadanJerman), serta philosophy (Inggris). Dengandemikianfilsafatberartimencintaihal-halyangbersifatbijaksana(menjadikatasifat) bisaberartitemankebijaksanaan(menjadi katabenda)atauindukdarisegala ilmu pengetahuan.
Phytagoras (572 -497 SM) ditahbiskansebagaiorangpertamayang memakaikata philosopiayang berartipecintakebijaksanaan(lover ofwisdom) bukan kebijaksanaan itusendiri.Plato (427-347 SM)mengartikannyasebagaiilmupengetahuanyang berminatmencapaikebenaranyanghakikilewatdialektika dan Aristoteles (382 –322 SM) mendefinisikanfilsafatsebagaipengetahuantentangkebenaran.Al-Farabi (870 –950) mengartikanfilsafatsebagaiilmupengetahuantentang alam maujud danhakekatalamyang sebenarnya.Descartes (1590 –1650) mendefinisikanfilsafatsebagaikumpulanilmupengetahuantentang Tuhan, alamdan manusia. Immanuel Kant (1724 –1804)mendefinisikanfilsafatsebagaiilmupengetahuanyang menjadipokokdanpangkaldarisegalapengetahuan.
MenurutKant adaempathalyang dikajidalamfilsafatyaitu: apayangdapatmanusiaketahui? (metafisika), apayangseharusnyadiketahuimanusia?(etika),sampaidimanaharapanmanusia? ( agama) danapakahmanusiaitu?(antropologi). Merriam-Webster dalamkamusnya mendefinisikan; filsafatadalah ‘literally the love of wisdom, in the actual usage, thescience that investigates the most general facts andprinsciplesofreality and human nature and conduct:logic, ethics, aesthetics and the theory ofknowledge’.Kesimpulannya semuadefinisifilsafatdiatastidakpernahdapatmenampilkanpengertianyang sempurnakarenasetiaporangselaluberbedacaradangayadalammendefinisikansuatumasalah. Definisidanpengertiantidakakanmenyesatkanselamakitamemandangnyasebagaicarapengenalanawalatausementarauntukmencapaikesempurnaanlebihlanjut.
Dengandemikianfilsafatmerupakanilmuyangmempelajaridengansungguh-sungguhhakekatkebenaransegalasesuatu. Denganbantuanfilsafat,manusiaberusahamenangkapmakna, hakekat, hikmahdarisetiappemikran,realitasdankejadian.Filsafatmengantarkanmanusiauntuklebihjernih,mendasardanbijaksanadalamberfikir, bersikap,berkata, berbuatdanmengambilkesimpulan.
I. 2. Pendekatan Filsafat dalam Memperoleh Ilmu
PadazamanPlato sampaipadamasaAl-Kindi, batasantarafilsafatdanilmupengetahuanbolehdikatakantidakada. Seorangfilosof(ahlifilsafat) pastimenguasaisemuailmupengetahuan. Perkembangandayaberfikirmanusiayangmengembangkanfilsafatpadatingkatpraktisdikalahkanolehperkembanganilmuyang didukungolehteknologi.Wilayahkajianfilsafatmenjadilebihsempitdibandingkandenganwilayahkajianilmu. Sehinggaadaanggapanfilsafattidakdibutuhkanlagi. Filsafatkurangmembumisedangkanilmulebihbermanfaatdanlebihpraktis.
Padahalfilsafatmenghendakipengetahuanyangkomprehensifyangluas, umum, danuniversal danhalinitidakdapatdiperolehdalamilmu.Sehinggafilsafatdapatditempatkanpadaposisidimanapemikiranmanusiatidakmungkindapatdijangkauolehilmu.Ilmubersifat pasteriori (kesimpulanditariksetelahmelakukanpengujiansecaraberulang), sedangkanfilsafatbersifat priori (kesimpulanditariktanpapengujiantetapipemikirandanperenungan).Keduanya sama samamenggunakanaktivitasberfikir,walaupuncaraberfikirnyaberbeda. Keduanyajugasama-samamencarikebenaran. Kebenaranfilsafattidakdapatdibuktikanolehfilsafatsendiritetapihanyadapatdibuktikan olehteorikeilmuanmelaluiobservasiataupuneksperimenuntukmendapatkanjustifikasi.Filsafatdapatmerangsanglahirnyakeinginandaritemuanfilosofismelaluiberbagaiobservasidaneksperimenyang melahirkanilmu-ilmu.Hasilkerjafilosofisdapatmenjadipembukabagilahirnyasuatuilmu, olehkarenaitufilsafatdisebutjugasebagaiindukilmu(motherof science). Untukkepentinganperkembanganilmu, lahirdisiplinfilsafatyangmengkajiilmupengetahuanyang dikenalsebagai filsafatilmu pengetahuan.
1.3. Ciri Ciri Berfikir Filsafat
Berfilsafatdapatdiartikansebagaiberfikir. Ciriberfikirfilsafatadalah:
a. Radikal: berfikirradikalartinyaberfikirsampaikeakarpermasalahannya.
b. Sistematik, berfikiryang logis, sesuaiaturan, langkahdemilangkah, berurutan,penuhkesadaran, danpenuhtanggungjawab.
c. Universal, berfikirsecaramenyeluruhtidakterbataspadabagiantertentutetapimencakupseleuruhaspek.
d. Spekulatif, berfikirspekulatifterhadapkebenaranyang perlupengujianuntukmemberikanbuktikebenaranyang difikirkannya.
I. 4. Pengetahuandan Kebenaran
DalamEncyclopedia of Philosophy,pengetahuandidefinisikansebagaikepercayaanyang benar(knowledge is justified true belief).MenurutSidiGazalba,pengetahuanadalahapayang diketahuiatauhasilpekerjaanmengetahui.Mengetahuiituhasilkenal, sadar, insaf,mengerti, benardanpandai.Pengetahuanituharusbenar,kalautidakbenarmakabukanpengetahuantetapikekeliruanataukontradiksi.Pengetahuanmerupakanhasilsuatuprosesataupengalamanyang sadar.Pengetahuan(knowledge)merupakanterminologigenerikyang mencakupseluruhhalyang diketahuimanusia.Dengandemikianpengetahuanadalahkemampuanmanusiasepertiperasaan, pikiran,pengalaman, pengamatan, danintuisiyang mampumenangkapalamdankehidupannyaserta mengabstraksikannyauntukmencapaisuatutujuan.Tujuanmanusiamempunyaipengetahuanadalah:
a. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup
b. Mengembangkan arti kehidupan
c. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
d. Mencapai tujuan hidup.
Binatangpunmempunyaipengetahuan, tetapihanyasekedaratauterbatasuntukmelangsungkanhidup(tujuansurvival).
I. 5. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan biasa(common sense) yang digunakanterutamauntukkehidupansehari-hari, tanpamengetahuiselukbelukyangsedalam-dalamnyadanseluas-luasnya.
Pengetahuan ilmiahatauIlmu, adalahpengetahuanyang diperolehdengancarakhusus, bukanhanyauntukdigunakansajatetapiinginmengetahuilebihdalamdanluas untuk mengetahuikebenarannya, tetapimasihberkisarpadapengalaman.
Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuanyang tidakmengenalbatas, sehinggayang dicariadalahsebab-sebabyang paling dalamdanhakikisampaidiluardandiataspengalamanbiasa.
Pengetahuan agama, suatupengetahuanyang hanyadiperolehdariTuhanlewatparaNabidanRosul-Nya. Pengetahuaninibersifatmutlakdanwajibdiyakiniolehparapemelukagama.
I. 6. Gejala Mengetahui
Padasuatusaat, manusiainginmengetahuisesuatutentangdirinya, duniasekitarnya, oranglain, yang baikdanyang buruk, yang indahdanjelek, danmacam-macamlagi. Jikainginmengetahuisesuatu, tentuadasuatudorongandaridalamdirimanusiayang mengajukanpertanyaanyang perlujawabanyangmemuaskankeingintahuannya. Doronganitudisebutrasainginmengetahui. Sesuatuyangdiketahuimanusiadisebutpengetahuan. Pengetahuanyangmemuaskanmanusiaadalahpengetahuanyang benar. Pengetahuan yangtidakbenaradalahkekeliruan.Keliruseringkalilebihjelekdaripadatidaktahu karena sering digunakan untuk melakukan tindakan/perbuatankeliruan, kesalahandanmalapetaka.
HasilgejalamengetahuiadalahmanusiamengetahuisecarasadarbahwadiatelahmengetahuiKelompok Manusia
- Manusiatahu, bahwaiatahu
- Manusia tahu, bahwa ia tidak tahu
- Manusia tidak tahu, bahwa ia tahu
- Manusiatidaktahu, bahwaiatidaktahu.
Dengandemikianpengetahuanyangdiperolehmanusiaitusebenarnyabaruada,kalaumanusia itu sudahmengambilkesimpulandariberbagaipengalamannyabahwaobjekyang ingindiketahuinyaitusudahbenar-benardiketahui.
I. 7. Pengetahuan Ilmiah
PengetahuanIlmiahatauIlmu(Science) padadasarnyamerupakanusahauntukmengorganisasikandanmensistematisasikancommon sense, suatupengetahuansehari-hariyang dilanjutkandengansuatupemikirancermatdanseksamadenganmenggunakanberbagaimetode.
Ilmumerupakansuatumetodeberfikirsecaraobjektifyang bertujuanuntukmenggambarkandanmemberimaknaterhadapgejaladanfaktamelaluiobservasi,eksperimendanklasifikasi. Ilmuharusbersifatobjektif, karenadimulaidarifakta,menyampingkansifatkedirian, mengutamakanpemikiranlogikdannetral.
I. 8. Berbagai Pengertian Ilmu
DalamEncyclopedia Americana, ilmuadalahpengetahuan yangbersifatpositifdansistematis.Paul Freedman dalamThe Principles of ScientificResearchmendefinisikanilmusebagai: bentukaktifitasmanusiayang denganmelakukannyaumatmanusiamemperolehsuatupengetahuandansenantiasalebihlengkapdancermattentangalamdimasalampau,sekarang dan kemudianhari, sertasuatukemampuanyangmeningkatuntukmenyesuaikandirinyadanmengubahlingkungannyasertamengubahsifat-sifatnyasendiri.
II. Hakekat Pengetahuan
Adaduateoriyang digunakanuntukmengetahuihakekatPengetahuan:
1. Realisme, teoriinimempunyaipandanganrealististerhadapalam.Pengetahuanadalahgambaranyangsebenarnyadariapayang adadalamalamnyata.
2. Idealisme, teoriinimenerangkanbahwapengetahuanadalah proses prosesmental/psikologisyang bersifatsubjektif. Pengetahuanmerupakangambaransubjektif tentangsesuatuyang adadalamalammenurutpendapatataupenglihatanorangyang mengalamidanmengetahuinya. Premispokokadalahjiwayangmempunyaikedudukanutamadalamalamsemesta.Sebenarnyarealismedanidealismemempunyaikelemahan-kelemahantertentu.
II. 1. Sumber Pengetahuan
Adabeberapapendapattentang sumberpengetahuanantaralain:
1. Empirisme, menurutaliraninimanusiamemperolehpengetahuanmelaluipengalaman(empereikos= pengalaman). Dalamhaliniharusada3 hal, yaituyangmengetahui(subjek), yang diketahui(objek) dancaramengetahui(pengalaman).Tokohyang terkenal: John Locke (1632–1704), George Barkeley(1685 -1753)danDavid Hume.
2. Rasionalisme, aliraninimenyatakanbahwaakal(reason) merupakandasarkepastiandankebenaranpengetahuan, walaupunbelumdidukungolehfaktaempiris.TokohnyaadalahRene Descartes (1596 –1650,Baruch Spinoza (1632 –1677)danGottriedLeibniz (1646 –1716).
3. Intuisi. Denganintuisi, manusiamemperolehpengetahuansecaratiba-tibatanpamelaluiprosespernalarantertentu. Henry Bergsonmenganggapintuisimerupakanhasildarievolusipemikiranyangtertinggi, tetapibersifatpersonal.
4. Wahyuadalahpengetahuanyang bersumberdariTuhanmelaluihambanyayangterpilihuntukmenyampaikannya(NabidanRosul).Melaluiwahyuatauagama, manusiadiajarkantentangsejumlahpengetahuanbaikyang terjangkauataupuntidakterjangkauolehmanusia.
II. 2. Ukuran Kebenaran
Berfikirmerupakansuatuaktifitasmanusiauntukmenemukankebenaran. Apayangdisebutbenarolehseseorangbelumtentubenarbagioranglain.Olehkarenaitudiperlukansuatuukuranataukriteriakebenaran.Adatigajeniskebenaranyaitu:kebenaranepistemologi(berkaitandenganpengetahuan), kebenaranontologis(berkaitandengan sesuatuyang adaataudiadakan),dankebenaransemantis(berkaitandenganbahasadantuturkata). Ada4 teorikebenaran:yaituteoriKorespondensi, TeoriKoherensi, TeoriPragmatisme, danTeoriKebenaranIllahiahatauagama.
Ketigateoripertamamempunyaiperbedaanparadigma. Teorikoherensimendasarkandiripadakebenaranrasio, teorikorespondensipadakebenaranfaktual,danteorifragmatismefungsionalpadafungsidankegunaankebenaranitusendiri.Tetapiketiganyamemilikipersamaan. Yaitupertama, seluruhteorimelibatkanlogika, baiklogikaformal maupunmaterial (deduktifdaninduktif), keduamelibatkanbahasauntukmengujikebenaranitu, danketigamenggunakanpengalamanuntukmengetahuikebenaranitu.
II. 3. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat
1. Pada dasarnya setiap ilmu memiliki 2 macam obyek, yaitu obyek materi dan obyek formal. Obyek materi filsafat adalah segalam yang ada. Obyek formalnya filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
2. Filsafat sebagai induk ilmu. Tetapi juga mengalami spesialisasi. Perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari induknya tetapi juga memunculkan arogansi ilmu dengan lainnya.
3. Ilmu sebagai obyek kajian filsafat sepatutnya mengikuti alur filsafat.
2. Fungsi Filsafat dan Ilmu
Filsafat merupakan suatu usaha memahami alam semesta, makna berikut nilainya (Harold H. Titus, 1959, Living Issues in Philosophy).Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom). Dr. Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut.
Dalam tujuan tunggalnya, yaitu menemukan kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, terletak kebesaran kemuliaan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Dr. Sarvepalli Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan SARA mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual.Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis.Menurut beberapa filsuf, agama menyangkut harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan yang mengacu pada Tuhan.
Apabila Soemadi Soerjabrata berpendapat bahwa mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Menurut Agraha Suhandi (1989), filsafat berfungsi selain sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada, filsafat dapat membantu manusia mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Filsafat dapat pula memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Filsafat pun mampu memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan dan menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya
Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan. Rantai tersebut, sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus.Ilmu pengetahuan memisahkan diri dari filsafat.Ilmu pengetahuan menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan. Menurut Ismaun, filsafat dapat memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Dari uraian dan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian) dan apabila ditarik benang merah maka filsafat dalam ilmu pengetahuan bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan. Filsafat dan kemanusiaan mempunyai hubungan erat dan memiliki beberapa fungsi, antara lain:
• Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
• Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup.
• Panduan tentang ajaran moral dan etika.
• Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.
• Sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat lainnya.
3. Perbedaan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Burhanuddin Salam (2008:78), beberapa perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan yaitu:
a. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum) yaitu segala sesuatu yang ada ( realita), sedangkan obyek material (lapangan) ilmu pengetahuan itu bersifat khusus dalam arti khusus masing-masing bidang pengolahannya saja.
Karena sifat khusus dari ilmu pengetahuan itu, maka ilmu pengetahuan itu adalah suatu spesifikasi.Dari spesifikasi itu orang masih terus- menerus mengadakan diferensiasi sampai spesialisasi.Oleh Karen itu, ilmu pengetahuan biasanya disebut ilmu spesial, ilmu pengetahuan mengejar obyektivitas (kebenaran) dan menyatakan bahwa suatu itu benar atau tidak benar, tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat memberi jawaban apakah kebenaran itu sendiri.Di lain pihak, filsafat itu bersifat universal, maka pendekatan/ approach filsafat bermuara kepada reflection/ contemplation (perenungan-pertimbangan).
b. Obyek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non –fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam, dan mengasas.Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris dan abstrak dengan peninjauan secara ekstensif dan intensif.Dengan ekstensif berarti ilmu pengetahuan itu dalam meninjau objek materialnya hanyalah sebagai daripada realita. Dengan intensif berarti selalu meninjau objek materialnya dari sudut pandangan tertentu yang menuju kepada spesialisasi atau pengkhususan masing-masing bidang keilmuan itu.
Disamping itu obyek formal (sudut pandangan) ilmu pengetahuan itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Misalnya manusia itu berpotensi haus, ia minum. Karena masalahnya mengkhusus dan mengteknis, maka aspirasi ilmu pengetahuan itu adalah ketepatan.Ilmu pengetahuan dijalankan manusia dengan mengteknis.Tujuan untuk menyempurnakan kodratnya, suapaya lebih sempurna mengabdi kepada masyarakat.
c. Filsafat dilaksanakan dalam suatu pengetahuan yang mementingkan kontrol atau pengawasan. Misalnya untuk mengetahui sesuatu dalam ilmu pengetahuan harus diadakan riset. Oleh Karena itu, nilai ilmu pengetahuan timbul dari kegunaannya, sedangkan keguanaan filsafat timbul dari nilainya.
d. Filsafat membuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan kepada explicitatis dari apa yang terkandung dalam pengalaman sehari-hari.
e. Seorang tokoh Eksistensialisme Gabriel Marcell mengemukakan istilah “Problema dan misteri”. Pada prinsipnya filsafat itu membawa kepada suatu misteri yang tidak dapat dipecahkan sekaligus. Di lain pihak, suatu problema menggambarkan dirinya sendiri dalam prinsip sebagai suatu yang dapat dipecahkan,apabila seorang dapat mengatur data-data yang cukup dan mengetahui metode yang benar.Pemecahan suatu problema itu dapat membawa kepada persoalan-persoalan baru, minimal sebagian daripada problema itu dapat dipisahkan.
f. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir,yang mutlak ,mendalam, mengasas (first causes). Sedangkan ilmu pengetahuan menunjukkan sebab-akibat yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause). Jadi, seorang filosof tidak puas dengan “secondary cause” dengan “proximate explanation”, melainkan menerobos sampai ke intisari, sampai dasar-dasar yang paling dasar, yang memberikan penjelasan yang terakhir, “ultimate explanation” dan “first causes”.
g. Ilmu lebih menekankan pada deskripsi hukum-hukum fenomenal dan hubungan kausal. Filsafat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan “why” dan “how”.
h. Ilmu meneliti alam, mengontrol proses alam. Sedangkan tugas filsafat mengadakan kritik, menilai, dan mengkoordinasikan tujuan.
i. Ilmu menghilangkan faktor-faktor yang subyektif, sedangkan filsafat tertarik kepada personalitas, nilai-nilai, dan semua pengalaman.
j. Filsafat mempelajari seluruh realitas. Sedangkan ilmu mempelajari satu realitas atau satu bidang tertentu.
Sedangkan menurut Henderson (dalam Burhanuddin Salam, 2008:74), ada beberapa perbedaan antara ilmu dan filsafat:
No. Ilmu (science) Filsafat
1 Anak filsafat Induk ilmu
2 Analitis; memeriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagiannya. Sinoptis; memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan untuk dapat menerangkannya, menafsirkannya, dan memahaminya secara keseluruhan.
3 Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan obyeknya; netral dan mengabstrakkan faktor keinginan dan penilaian manusia. Bukan saja menekankan keadaan sebenarnya dari obyek, melainkan juga bagaimana seharusnya obyek itu.
4 Memulai sesuatu dengan memakai asumsi-asumsi. Memeriksa dan meragukan segala asumsi-asumsi.
5 Mengunakan metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat terpenting; menguji sesuatu dengan menggunakan penginderaan. Menggunakan semua penemuan ilmu pengetahuan; menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan memakai pikiran
6
Para ilmuwan berusaha menjelaskan fenomena alam yang bersifat empirik. Misalnya, biologi menjelaskan gerak binatang dan manusia, atau fisika menjelaskan gerak benda-benda dan mesin. Filsuf bukan tidak menjelaskan alam yang empirik tetapi filsuf mencari penjelasan di balik suatu fenomena atau mencari noumena.
7
Ilmu Pengetahuan bekerja pada tataran fenomena atau taraf empirik, sehingga penjelasan ilmu bersifat deskriptif-objektif. Filsafat bekerja pada tataran noumena, sehingga penjelasannya bersifat reflektif-kritis. Reflektif karena filsafat memasuki hakikat, kritis, karena filsafat berbeda dari ilmu pengetahuan yakni menilai.
8 Penjelasan ilmiah mempunyai dua tujuan spesifik, yakni teoritis dan praktis. Tujuan teoritis menjelaskan suatu fenomena.Tujuan praktis adalah memperkirakan dan mengendalikan suatu fenomena agar manusia bisa hidup nyaman. Perhatian utama para filsuf adalah memahami suatu masalah dan menemukan jawabannya, entah apapun manfaat praktisnya. Para filsuf setuju bahwa upaya mencari pengetahuan merupakan tujuan yang penting. Jadi, sasaran filsafat adalah menyelidiki suatu permasalahan filsafat demi permasalahan itu sendiri.
10 Ilmu pengetahuan lebih menekankan pada deskripsi hukum-hukum fenomenal dan hubungan kausal Filsafat lebih tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan why and how
Menurut sudut pandang Drs. Agraha Suhandi (1992), perbedaan utama antara ilmu dan filsapat dapat di lihat dalam bagan di bawah ini.
Ilmu Filsafat
• Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
• Obyek penelitian yang terbatas
• Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
• Bertugas memberikan jawaban • Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
• Keseluruhan yang ada
• Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.
• Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
4. Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat.Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal.
Dalam hubngannya, filsafat dan ilmu merupakan kegiatan manusia.Kegiatan tersebut dapat diartikan dalam prosesnya dan juga hasilnya.Dilihat dari hasilnhya, filsafat dan ilmu merupakan hasil dari berpikir manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menunjukkan satu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Jika kita berbicara tentang hubungan antara filsafat dan limu, maka kita akan berbicara tentang perbedaan dan persamaanya. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia tersebut bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling mengisi dan melengkapi, karena pada hakekatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan karena cara pendekatan yang berbeda.Maka dalam hal ini, perlu kita bandingkan perbedaan-perbedaan maupun titik temu antara keduanya.
Selain beberapa perbedaan yang telah dikemukakan pada penjelasan sebelumnya, ada beberapa titik temu antara filsafat dan ilmu itu sendiri, seperti:
• Keduanya menggunakan metode reflective thinking di dalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup ini.
• Keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
• Keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.
• Ilmu memberikan sejumlah bahan-bahan deskriptif dan faktual serta esensial bagi pemikiran filsafat.
• Ilmu mengkoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
• Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang menjadikan bermaca-macam ilmu yang berbeda-beda, dan menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok.Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat.Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk.(1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu.Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri (1982:22), –dengan meminjam pemikiran Will Durant– menjelaskan hubungan antara ilmu dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu.Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.
Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992)
Ilmu Filsafat
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
Obyek penelitian yang terbatas
Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
Bertugas memberikan jawaban Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
Keseluruhan yang ada
Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
REFERENSI
Achmad Sanusi,.(1998 ), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung PS-IKIP Bandung.
Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Atmadjaya, Nengah Bawa, 2007. Buku Ajar 1 Filsafat Ilmu Pengetahuan (Filsafat dan filsafat Pengetahuan). Pascasarjana UNDIKSHA: Singaraja.
Filsafat_Ilmu,http://members.tripod.com/aljawad/artike/filsafat_ilmu.htm.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/filsafat-ilmu/
Ibrahim, Slamet. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan.Bandung : Sekolah Farmasi ITB.
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
_____________. 2008. Kajian Filosofis Ilmu Pengetahuan. Bandung : Sekolah Farmasi ITB.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan.
Liang Gie, The.(1991). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty
Mantiq, http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian,Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988 ), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari Insani
Pormadi.2006. Bagaimanakah Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan?dalamhttp://pormadi.wordpress.com/2006/04/27/bagaimanakah-hubungan-filsafat-dengan-ilmu-pengetahuan/
Rinjin, Ketut. 2009. Bahan Pembelajaran Filsafat Ilmu Pengetahuan (Diktat). Singaraja : Undiksha.
Salam Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara
Schilpp, Paul Arthur. (1957). The Philosophy Of Sarvepalli Radhakrishnan. Motilal Banarsidass
Titus, Harold. H. (1959). Living Issues in Philosophy: An Introductory Book of Readings. New York: The Mac Millan Company.